Rehabilitasi PMKS Pemkot Surabaya Patut di Apresiasi

281

Surabaya, BeritaTKP.Com  – Mengatasi masalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) memang bukan pekerjaan yang mudah namun Pemerintah Kota Surabaya tak pernah lelah dalam mengurusi masalah sosial ini, dan Hingga hari ini, data jumlah penghuni Liponsos Keputih ada 1.508 orang.

Dimana selama ini, Pemkot Surabaya merawat para PMKS di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih. Kebanyakan mereka berasal dari kota-kota tetangga Surabaya. Juga ada yang dari luar provinsi, bahkan dari luar pulau.

Dalam hal ini Selain memenuhi kebutuhan dasar, pemkot juga melakukan pemeriksaan kesehatan, pembinaan mental spiritual hingga kegiatan pemberdayaan ekonomi bagi penghuni dengan memberikan keterampilan dan praktek langsung yang menghasilkan handycraft dan Produk yang dihasilkan kemudian dipamerkan dan dipasarkan.

Nantinya setelah mendapatkan perawatan, bagi para penghuni yang sudah mandiri dan berasal dari Surabaya, akan dikembalikan ke keluarga. Sementara bagi warga luar Surabaya, akan dipulangkan ke daerah asal atau bagi yang tidak memiliki keluarga, akan disalurkan ke Ponsos milik provinsi. Untuk tahun 2017, hampir setiap bulan ada PMKS yang dipulangkan ke daerah asalnya.

Setelah mendapatkan perawatan, bagi para penghuni yang sudah mandiri dan berasal dari Surabaya, akan dikembalikan ke keluarga. Sementara bagi warga luar Surabaya, akan dipulangkan ke daerah asal atau bagi yang tidak memiliki keluarga, akan disalurkan ke Ponsos milik provinsi. Untuk tahun 2017, hampir setiap bulan ada PMKS yang dipulangkan ke daerah asalnya. “Pemulangan PMKS ini sangat sulit. Karena yang dipulangkan rata-rata penyandang masalah eks psikotik yang sulit ditanya. Untuk satu lokasi, kadang kami harus bertanya ke 10 orang. Selain itu, terkadang ada keluarganya yang tidak menerima. Belum lagi bila masa obatnya habis,” jelas Wiji Koordinator TKSK Wilayah Surabaya Selatan.

Untuk tugas pemulangan ini, pemkot dibantu para tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK). Meskipun, tugas PMKS bukan hanya pemulangan tetapi juga penanganan PMKS di kecamatan untuk kemudian dibawake Liponsos. Di setiap kecamatan ada satu tenaga TKSK. Sehingga total ada 31 tenaga TKSK dari 31 kecamatan.

Menanggapi kinerja pemkot ini, akademisi dan psikolog dari Universitas Katolik Widya Mandala, Yessyca Diana Gabrielle mengapresiasi kerja hebat yang dilakukan para TKSK Kota Surabaya. Menurutnya, untuk penanganan PMKS hingga memulangkan mereka ke tempat tinggal asalnya, sama sekali tidak mudah. “Mari kita beri aplaus untuk para TKSK ini. Perjuangannya sungguh luar biasa. Mereka tidak hanya harus kreatif dan tahan banting, tetapi iman juga harus kuat. Karena ketika manusia ndak bisa ditanya, ya harus berpegang pada spiritualitas,” ujar Yessyca.

Menurut Yessyca, dalam penanganan PMKS, tidak hanya tentang memberi makan ataupun menyediakan tempat tinggal. Lebih dari itu, faktor psikologis PMKS juga harus diperhatikan. “Penanganan PMKS ini harus holistik,” kata dia.Penanganan holisitik tersebut meliputi kondisi PMKS harus sejahtera, tidak hanya sejahtera ekonomi tetapi juga psikologis.

Dia mencontohkan semisal di Surabaya, PMKS mendapatkan makanan tiga kali sehari. Kemudian penanganannya melibatkan berbagai profesi dan lembaga semisal akademisi hingga psikolog. Dan ketiga, PMKS harus ada aktivitas. “Itu semua diberikan di Surabaya, dan mereka yang setelah dikembalikan ke tempat asalnya, ada yang kemudian balik lagi ke sini. Bisa jadi karena mereka merasa standarnya (penanganan) di Surabaya lebih bagus dibanding di daerahnya. Ini yang menjadi pekerjaan rumah,” pungkasnya.