Ngawi, BeritaTKP.Com β Dalam rangka musim panen kedua dan bertujuan untuk mensyukuri hasil panen yang melimpah, Ratusan warga Dusun Tambakselo, Desa Planglor, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi memadati sendang atau punden desa setempat guna untuk perang nasi.
Memang, di desa tersebut terdapat ritual perang nasi, Ritual tersebut diadakan setiap tahun sekali pada musim panen padi kedua. Tujuannya untuk mensyukuri hasil panen yang melimpah. Suyadi selaku Kepala Desa Planglor mengujarkan, ritual ini dilakukan temurun sejak nenek moyang. Ritual ini diikuti hampir seluruh warga. Tiap kepala keluarga membawa nasi bungkus daun jati dan daun pisang. Lalu nasi tersebut dikumpulkan di tengah punden.
Karena banyaknya nasi yang dibawa warga, yang terlihat adallah gunungan nasi dan seusai didoakan bersama, tumpukan nasi dan lauknya itu sebagian dimakan dan sebagian dijadikan bahan perang, bebas saling melempar nasi. Melemparnya bebas mengenai siapa saja yang ada di lokasi dan yang kena lempar tak boleh marah atau dendam.
Bahkan para peserta perang nasi ini lengkap, mulai dari orang dewasa, remaja, hingga anak-anak. Pria dan wanita bercampur jadi satu di lokasi. Mereka saling lempar dan saling menghindar. Mereka juga saling berlompatan. Beberapa diantaranya bahkan ada yang terjatuh. Seusai berperang, sebagian warga memunguti sisa nasi yang masih bisa diselamatkan.
Namun hal ini sangat di sayangkan oleh netizen yang kontra dan baru mengetahui ritual adat ini, karena ritual ini dibilang mubazir dan terkesan tidak menyusukuri apad yang mereka dapat, banyak komentar para nitizen dan bersaran agar nasi tersebut digunakan untuk hal lebih yang berfaedah.
βItu untuk menjadi nasi harus membutuhkan waktu yang lama, kenapa nasinya dibuat perang atau dibuang buang coba diberikan kepada masyarakat yang lebih memutuhkan atau tidak berikan kepada ayam , bebek atau hewan ternak lainya, saran aja sih kenapa ritualnya ga di ganti saja menjadi bagi bagi nasi bukan perang nasi,β salah satu komentar netizen. @junjung