Demi Ikut Tren Barcode Korea, 25 Siswa SD di Blitar Sayat Lengan

959
ILUSTRASI.

Blitar, BeritaTKP.com – Puluhan siswa SD di Blitar melakukan tren barcode korea dengan melukai dirinya sendiri (menyayat lengan) menggunakan benda tajam. Kejadian itu ditemukan saat petugas dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Blitar melakukan sampling atas fenomena yang tengah ramai di media sosial tersebut.

Kabid Pembinaan SD Disdik Kabupaten Blitar, Wiji Asrori menyebut jika ada sekitar seribu siswa SD di empat Kecamatan yang dilakukan sampling. Dari jumlah tersebut, pihaknya menemukan sekitar 25 siswa yang memiliki bekas luka sayatan di pergelangan tangannya.

“Ada 1.000 anak SD yang kami lakukan sampling. Ternyata ada temuan siswa yang melakukan sayatan lengan pakai silet. Ini baru dilakukan sampling di empat kecamatan saja,” kata Wiji, dilansir dari detikjatim, Sabtu (18/11/2023).

Temuan dalam sampling itu di antaranya ada 8 orang siswa di Kecamatan Wonotirto, 10 siswa di Kecamatan Garum, enam siswa di Kecamatan Kanigoro, dan satu siswa di Kecamatan Udanawu. Totalnya, ada sekitar 25 siswa yang ditemukan melakukan sayat pergelangan tangan.

Menurut Wiji, aksi menyayat tangan merupakan fenomena gunung es. Artinya, masih dimungkinkan ada temuan siswa yang melakukan hal serupa. Untuk itu, pihaknya akan meminta seluruh kepala sekolah dan guru memeriksa lengan siswa. “Sebenarnya ini (fenomena) sudah lama, tapi kembali ramai di medsos. Kemudian para siswa ini ikut-ikutan karena ada tren seperti itu,” terangnya.

Selain karena tren sosmed, kata Wiji, alasan para siswa menyayat lengan karena gabut (iseng) hingga untuk melampiaskan emosinya. Termasuk para siswa yang mengalami masalah dengan lingkungan keluarganya. Untuk itu, Wiji meminta kepada seluruh sekolah melakukan pengecekan pada para siswa. Termasuk siswa SD dan SMP, maupun mendatangkan orang tua siswa yang melakukan sayat pada lengan

“Senin (20/11/2023) depan, kami sudah minta seluruh sekolah mengecek siswa, apakah masih ada temuan atau tidak. Kemudian nanti akan dipanggil orang tuanya. Karena memang fenomena ini perlu bantuan banyak pihak, tidak hanya sekolah meskipun sudah melakukan penguatan karakter,” tandasnya. (Din/RED)