Surabaya, BeritaTKP.com – Belakangan ini, sedang ramai pembicaraan mengenai kasus ketua anak koas yang dipukuli karena memberikan jadwal jaga di saat libur natal dan tahun baru. Kasus ini bermula dari Lutfhi yang membagikan jadwal jaga koas disaat libur natal dan tahun baru kepada Lady Aurelia (mahasiswa koas junior). Lady mengadu ke ibunya dan membuat ibunya mengajak Lutfhi bertemu untuk membahas jadwal jaga anaknya ditemani oleh supir ibu Lady, Datuk. Ditengah pembicaraan ibu Lady dengan Lutfhi, Datuk alias supir ibu Lady tersulut emosi karena reaksi Lutfhi yang dianggap tidak sopan terhadap ibu Lady, yang menyebabkan Datuk memukul dan terjadinya kekerasan kepada Lutfhi. Hingga akhirnya Lutfhi menjadi tersangka pada kasus ini.
Kasus ini memberikan banyak pelajaran berharga, terutama tentang pentingnya etika dalam berkomunikasi. Komunikasi tidak hanya sekadar menyampaikan atau menerima informasi, tetapi juga melibatkan cara penyampaian dan sikap yang ditunjukkan selama proses tersebut berlangsung. Dalam kasus ini, kekerasan telah terjadi. Tindakan kekerasan tersebut tidak hanya melanggar hak asasi manusia, tetapi juga menunjukkan kegagalan dalam membangun komunikasi yang baik. Dalam situasi ideal, perbedaan pendapat atau konflik seharusnya diselesaikan melalui dialog dan komunikasi untuk menemukan solusi bersama, bukan dengan kekerasan fisik. Kekerasan dalam bentuk apa pun tidak dapat dianggap sebagai solusi yang etis. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi yang didasarkan pada empati, saling pengertian, dan pendekatan damai sangatlah penting dalam menyelesaikan persoalan.
Kita bisa menarik beberapa pelajaran penting yang berkaitan dengan etika komunikasi dalam kasus ini. Komunikasi yang etis membutuhkan:
- Keterbukaan dan Kejujuran: Dalam lingkungan kampus atau dunia profesional lainnya, penting bagi setiap individu untuk memastikan bahwa informasi yang dibagikan dapat dipahami dengan jelas dan diterima dengan baik pada semua anggota yang wajib tahu.
- Dialog dan Empati adalah Kunci Penyelesaian Konflik: Komunikasi yang baik tidak hanya bertujuan untuk menyampaikan informasi, tetapi juga untuk membangun saling pengertian. Sebelum mengambil tindakan atau merespons sesuatu, penting untuk memahami perspektif orang lain.
- Kekerasan Tidak Pernah Bisa Dibenarkan dalam Komunikasi: Tidak peduli seberapa besar perbedaan pendapat yang ada, kekerasan fisik tidak akan pernah menjadi solusi. Semua pihak harus diingatkan untuk mengutamakan penyelesaian masalah secara damai dan melalui komunikasi yang konstruktif.
Hal-hal ini menjadi poin yang dibutuhkan dari setiap komunikasi yang berlangsung. Maka dari itu hal-hal ini dapat diterapkan untuk menghasilkan komunikasi yang baik, lancar sehingga tidak menimbulkan terjadinya kekerasan dalam komunikasi. (Kyla Azalis Prasetio)