Industi shuttlecock Singosari terancam Kolaps

507

IMG_20160206_141920Malang, BeritaTkp.com – Perajin indusrtri rumahan shuttlecocks di Desa Mbiru, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, terancam kolaps, nantinya bisa gulung tikar. Pasalnya, sejak mahalnya bahan baku bulu angsa dari Taiwan, para perajin bola bulu tangkis itu kelabakan karena bahan baku shuttlecocks itu jadi langka dan mahal.

Fadli salah satu pengrajin industri rumahan shuttlecocks menceritakan, Saat bahan baku masih belum mahal bisa produksi 400 lusin per -minggu, tapi dengan mahalnya bahan baku bulu angsa dari Taiwan yang di dapat sekarang dia hanya bisa produksi 100 lusin perminggu. Mahalnya bahan baku sangat mempengaruhi pada modal mereka. Dengan modal yang terbatas membuat para pengrajin juga membatasi produksi nya. Padahal hasil produksi mereka berkualitas Internasional, tidak kalah dengan dengan negara lain. Sangat disayangkan kalau industri ini harus berhenti di tengah jalan. Hanya untuk sekedar membeli beberapa Kilo gram bulu, tak jarang mereka harus pergi ke Nganjuk. karena di Singosari, Kabupaten Malang untuk pengepul bulu sudah hampir tidak ada.

Hanya satu pengepul yang masih bertahan yaitu Sutris yang akrab di panggil Mones. Dalam hal ini, Mones mengatakan, harga bulu sekarang mahal dengan harga kisaran antara 400rb sampai 500rb. Sedangkan kalau harga di taiwan hanya berkisar 100rb saja. Itulah perbedaan harga antara local dengan luar negeri untk bahan bakunya.

Mahalnya bahan baku bulu angsa yang di datangkan dari Taiwan merupakan permainan yang di lakukan importir dan pengusaha besar. Ulah para importir membuat pengrajin skala kecil menjadi berat untuk bertahan. Harapan para pengrajin shuttlecock kelas rumahan pada pemerintaha daerah atau provinsi Jatim, supaya dapatkan solusi terbaik untuk para pengrajin. Campur tangan pemerintah sangat dibutuhkan karena bisa menekan harga tidak melambung tinggi sampai ke bawah.(gusmad/ko2/ulum)