Surabaya, BeritaTKP.com – Eri Cahyadi selaku Wali Kota Surabaya menyidak area sekitaran Gelora Bung Tomo (GBT), khususnya wilayah TPA Benowo untuk mengetahui bau sampah yang ditimbulkan. Eri meminta treatment khusus sampah di TPA Benowo agar tidak menimbulkan bau yang menyengat.

Salah satu treatmennya adalah dengan menutup seluruh TPA Benowo dengan geomembran, agar tidak terlihat mencolok dan menimbulkan bau. Pihaknya juga rutin melakukan penyemprotan zat kimia untuk mengurangi rasa bau.

“Saya ingin semuanya tertutup seluruhnya dengan membran. Kemudian menempatkan petugas DLH untuk mengawasi TPA Benowo dan memastikan penyemprotan zat kimia berjalan,” kata Eri, Jumat (26/8/2022) kemarin.

Geomembran menutupi permuakaan sampah di TPA Benowo.

Eri ingin pengawas dari DLH Surabaya dilakukan secara berkala dan memastikan penyemprotan zat kimia untuk mengurangi bau itu berjalan dengan lancar. Agar tidak lagi bau, ia ingin DLH melakukan pengawasan treatment sampah di TPA Benowo secara ketat. “Harusnya nggak bau. Lek sik mambu, yo berarti pengawasane sing kurang (kalau masih bau berarti pengawasannya kurang),” ujarnya.

Treatment itu sudha menjadi bagian dari prosedur perjanjian pihak ketiga yang mengelola sampah TPA Benowo. Maka dari itu Eri menghimbau kepada DLH agar melakukan pengawasan ketat terjadap TPA Benowo.

Eri meminta DLH untuk menambah buffer zone berupa tanaman pohon bambu di sekitar TPA Benowo. Tujuannya adalah untuk mengurangi polusi udara serta zat kimia yang disemprotkan oleh pihak ketiga.

Meskipun di TPA Benowo saat ini sudah ada buffer zone berupa pohon bambu, akan tetapi itu dirasa masih kurang karena jaraknya yang terlalu renggang. Eri ingin, pohon bambu itu ditanam di dalam bis beton dan dijajar di sepanjang area TPA Benowo.

“Sebenarnya sudah ada 5 pohon, tapi masih kurang. Saya inginnya 10 – 15 agar lebih rapet, jadi setiap bis beton itu penuh untuk menghalau baunya, sekaligus mengurangi polusi dan zat kimia yang disemprotkan. Tiga hari lagi saya ke sini untuk cek lagi,” harapnya.

Sementara, Kepala DLH Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, pelapisan membran di TPA Benowo progresnya saat ini telah mencapai 85 persen. Rencananya, proses penutupan membran itu akan selesai pada akhir Agustus 2022 mendatang.

Hebi mengatakan, penutupan membran itu mencakup TPA Benowo secara keseluruhan. Kemudian untuk penanaman pohon, DLH Kota Surabaya telah menanam 4.000 bambu dan 3.000 pohon jenis lain. Karena dirasa kurang maksimal oleh Eri, maka akan ditambah lagi.

“TPA Benowo seluas kurang lebih 37 hektar itu kita tutup seluruhnya menggunakan membran. Karena angin di Benowo itu kencang, kemarin membuat sebagian membrannya terbuka selain itu juga karena ada penataan,” kata Hebi.

Pohon bambu sendiri dipilih karena lebih kuat untuk menahan dan menghalau bau dan polusi udara dari TPA Benowo. Selain itu, bambu juga dapat tumbuh dengan baik di TPA Benowo karena memiliki akar serabut.

“Kalau bambu itu kan akarnya tumbuh merambat ke samping, nggak sampai ke dalam. Kalau pohon jenis lain akarnya masuk ke dalam, nah kalau itu (akar) menyerap air sampah akan mati, makannya kemarin kenapa menanamnya pakai media tanah dan bis beton,” jelasnya.

Hebi menjelaskan, alasan kenapa beberapa waktu lalu sempat tercium bau sampah di sekitaran TPA Benowo, itu karena ada penataan sampah. “Sebenarnya sudah tidak bau kalau pengelolaannya bagus, kemarin bocor karena penataan sampahnya,” pungkasnya. (Din/RED)