Lamongan, BeritaTKP.com – Seorang pria bernama Agus, asal Desa Puter, Kecamatan Kembangbahu, Lamongan sukses menggeluti usaha produksi kerajinan alat musik rebana selama 17 tahun.

Diketahui, rebana atau disebut juga terbang ini merupakan salah satu alat musik yang berbentuk bundar dan memiliki bingkai melingkar yang terbuat dari kayu yang dibubut. Selain itu, alat ini juga kerap digunakan untuk mengiringi kesenian hadrah.

“Kegunaan rebana sangat banyak, dapat digunakan untuk sarana hiburan, media dakwah, dan juga berfungsi sebagai pelestari budaya serta lainnya. Biasanya sering digunakan hadrahan,” ujar Agus kepada wartawan.

Hingga saat ini, Agus mengungkapkan, bahwa ada beberapa jenis rebana hasil kerajinan tangan yang ia produksi, di antaranya rebana hadrah, rebana qasidah dan banjari.

Bisa dibilang, ia adalah satu-satunya pengrajin rebana di Lamongan yang konsisten dan mampu bertahan hingga sangat lama. “Iya, sudah sekitar 17 tahun mas menggeluti usaha ini,” ucap Agus.

Selama menjalankan usahanya ini, Agus mengatakan, tak ada kendala dan masalah yang berarti. Bahkan, ia menyebut, jika suplai bahan bakunya pun lancar.

“Untuk kendala biasanya saat proses finishing pembuatan rebana, karena butuh sinar matahari yang lebih. Dan untuk memperoleh kualitas terbaik, biasanya saya memakai kulit kambing yang diimpor dari timur tengah,” terangnya.

Mengenai pemasarannya, lanjut Agus, produk rebana hasil karyanya ini ia pasarkan melalui marketplace yang ada di media sosial. Tak tanggung-tanggung, ia mengaku, pelanggannya banyak yang datang dari luar pulau, seperti Kalimantan dan Madura.

“Kalau pelanggan kebanyakan datang dari Pulau Kalimantan dan Madura mas, selain juga dari Lamongan sendiri. Untuk harga rebananya berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 3 juta, tergantung permintaan ukiran tangannya juga,” paparnya.

Agus, pengrajin alat musik rebana asal Desa Puter, Kembangbahu, Lamongan

Sementara di bulan Ramadan seperti sekarang, menurut Agus, tingkat pesanan rebana dari para pelanggannya agak menurun. “Permintaan meningkat jika perayaan maulid, karena banyak yang merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad dengan selawatan dan hadrah,” bebernya.

Selain memproduksi rebana, saat ini Agus juga membuka jasa servis atau perbaikan rebana. Ia berkata, tak mematok harga tinggi untuk melayanai jasa servis rebana. Menurutnya, tarif perbaikan tersebut sebesar Rp 80 ribu saja.

“Saya juga membuka jasa servis rebana dengan biaya ongkosnya Rp 80 ribu saja. Biasanya yang mengalami kerusakan adalah bagian kulit rebananya,” tandasnya.

Terakhir, meski kerap mendapatkan banyak pesanan rebana, Agus mengungkapkan, namun semua pengerjaan rebana itu ia lakukan seorang diri. Hanya saja, jika pesanannya melimpah dan butuh cepat, ia akan meminta tolong kakak dan istrinya untuk membantu proses produksi.[ndaa/red]