Ponorogo, Berita TKP.com – Penyebaran Virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang merebak di Ponorogo membuat Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko turun tangan.
Salah satunya, dengan menutup sementara pasar hewan agar penyebaran tidak semakin meluas.
“Di telepon Pak Dwi (Ketua DPRD Ponorogo Dwi Agus Prayitno) untuk menutup pasar hewan sebagai langkah awal virus PMK supaya tidak semakin menyebar,” kata Sugiri, Rabu (8/1/2025).
Sugiri menambahkan, penutupan pasar hewan ini harus dipikirkan secara matang. Dikarenakan aktivitas ekonomi warga yang masih berkaitan dengan pasar hewan. Namun, pihaknya juga terpaksa melakukan penutupan pasar hewan tersebut agar virus tidak semakin menyebar.
“Menyangkut ekonomi dan perut rakyat, saya butuh mengkaji bukan memperlambat. Jangan sampai keputusan ini merugikan beberapa pihak,” ujar Sugiri.
Menurutnya, setelah melalui kajian, akhirnya diputuskan untuk menutup pasar hewan agar virus PMK tidak semakin menyebar. Apalagi, banyak menerima laporan dari warga di Desa Jimbe (Jenangan), Desa Plalangan (Jenangan), Desa Pomahan (Pulung).
“Hasil kajian cocok apa yang disampaikan ketua dewan agar melakukan penutupan Pasar Hewan. Imbauan beliau Pak Dwi ditutup ya kami tutup,” tegas Sugiri.
Sementara, Ketua DPRD Ponorogo Dwi Agus Prayitna menambahkan, langkah awal dalam penutupan pasar hewan ini dinilai bagus untuk mencegah penularan virus PMK. Selain itu, agar kejadian ledakan kasus PMK seperti di Kecamatan Pudak tahun 2022 lalu, tidak terulang kembali.
“Tahun ini jangan terulang lagi. Sudah banyak laporan masuk seperti sapi di Desa Jimbe, Kecamatan Jenangan, maupun Desa Plalangan, Kecamatan Jenangan. Jadi penutupan pasar hewan adalah langkah yang sangat tepat,” tukas Dwi.
Sebelumnya, virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Ponorogo menyerang sapi di dua desa, Jimbe dan Plalangan, Kecamatan Jenangan, Ponorogo. Ternyata jadi perhatian Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan) Kabupaten Ponorogo.
Kabid Peternakan, Kesehatan Hewan dan Perikanan (PKHP) Siti Barokah mengatakan, sempat beredar di media sosial tentang kematian hewan ternak, baik sapi ataupun kambing. Namun yang perlu diingat kembali kematian itu apakah karena virus PMK atau bukan.
“Memang pada awal Desember ada banyak kematian terutama kambing. Itu sebenarnya bukan terkena virus PMK tapi karena cuaca ekstrem yang terjadi saat itu,” terang Siti kepada wartawan, Jumat (3/1/2025) lalu.
Siti menambahkan, pengaruh pakan yang terendam banjir bisa menyebabkan kadar air di rumput atau pakan menjadi tinggi. Sehingga membuat bloat atau kembung rumen pada kambing. Idealnya pakan ternak harus dilayukan sebelum diberikan ke hewan ternak.
“Akhirnya kambing itu mati karena tidak kuat,” jelas Siti.
Sementara, kasus virus PMK yang dilaporkan di Desa Jimbe, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya karena cuaca ekstrem.
“PMK disebabkan oleh virus, virus itu akan mati di suhu yang panas, derajat tinggi, sebelum terjadi banjir di Ponorogo beberapa waktu lalu kasus landai. Begitu banjir, langsung banyak,” kata Siti.
Menurutnya, per 31 Desember 2024 lalu ada 157 kasus virus PMK, sapi mati 1 ekor dan potong paksa 2 ekor. Sebarannya, ada di 15 Kecamatan dan 41 Desa. Mayoritas terbanyak di Wagir Kidul 16 kasus.
“Peternak harus antisipasi terus selama ini kita masih melakukan vaksinasi per Desember ini. Terutama di wilayah puskeswan Pudak,” pungkas Siti. (sy/red)