NTB, BeritaTKP.com – Seorang nelayan asal Majene, Sulawesi Barat, ditemukan meninggal dunia di atas kapal pemancing RUA PIOLA saat berada di perairan Selatan Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) Minggu (16/3/2025) pagi.
Korban diketahui bernama Ahmad B (43), warga Lingkungan Tanangan, Desa Pangali Ali, Kecamatan Banggai. Menurut keterangan sejumlah saksi, korban berangkat melaut dari Pelabuhan Perikanan Labuhan Lombok pada Rabu (12/3/2025) bersama enam Anak Buah Kapal (ABK) lainnya.
Kasi Humas Polres Lombok Timur, Iptu Nikolas Osman, menjelaskan bahwa pada Minggu pagi, korban sedang memancing menggunakan sampan di sekitar rumpon. Sekitar pukul 07.30 WITA, ia tiba-tiba memanggil salah satu rekannya, Jaswari.
“Ketika rekannya mendekat dan memegang sampan, korban langsung pingsan dengan kondisi tenggorokan berdengkur. Melihat kondisi tersebut, korban segera dievakuasi ke atas kapal,” ujar Iptu Nikolas Osman.
Melihat kondisi korban yang kritis, nahkoda kapal, Aripin, segera memutuskan untuk kembali ke pelabuhan guna mendapatkan pertolongan medis. Namun, dalam perjalanan sekitar pukul 09.15 Wita, korban dinyatakan meninggal dunia.
Setibanya di Pelabuhan Perikanan Labuhan Lombok sekitar pukul 20.30 Wita, pihak kapal segera melaporkan kejadian ini kepada aparat kepolisian. Polisi yang datang ke lokasi langsung melakukan evakuasi dan berkoordinasi dengan tim medis untuk melakukan pemeriksaan awal di Puskesmas Labuhan Lombok.
“Dari hasil pemeriksaan oleh tim medis, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Keluarga korban juga menolak dilakukan autopsi dan telah membuat surat pernyataan resmi,” tutur Kasi Humas Polres Lombok Timur.
Meskipun hasil pemeriksaan awal tidak menunjukkan adanya kekerasan, polisi tetap melakukan penyelidikan guna memastikan penyebab pasti kematian korban. Aparat kepolisian juga berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mendalami kondisi kesehatan korban sebelum kejadian.
“Kami tetap melakukan pendalaman terkait kejadian ini, meski dari hasil pemeriksaan awal, tidak ditemukan indikasi kekerasan,” pungkas Iptu Nikolas Osman. (æ/red)