Surabaya, BeritaTKP.Com – Nahas yang menimpa korban M Vito Zakaria (18), tewas setelah dikeroyok belasan pemuda di depan Universitas Kristen Petra, Siwalankerto, Surabaya, Jumat (21/5) dini hari, pemuda yang bertempat tinggal di Jalan Siwalankerto Timur I Nomor 238, Surabaya. Babinsa Kelurahan Siwalankerto Serda Haris Faizin mengatakan awalnya menerima laporan dari Subeki, pemilik kos, Jumat (21/5) sekitar pukul 08.00 Wib.

Saat ditemukan korban tengkurap di kamar kos. Korban mengalami luka memar di bagian kepala dan punggung. “Korban pulang ke kos sekitar pukul 03.00 Wib. Ada dua kemungkinan. Pertama, korban pulang sendirian setelah dikeroyok. Kedua, diantar temannya, kemudian meninggal di kos,” papar Haris saat ditemui di Jalan Siwalankerto Timur I Nomor 238, Surabaya.
Haris menambahkan, saat ditemukan korban meninggal dunia, motor korban juga ada di lokasi. ”Jumat (21/5) sekitar pukul 02.30 Wib, keterangan warga saya di depan Universitas Kristen Petra ada ramai perkelahian atau pengeroyokan anak remaja. Korban dikeroyok sekitar 15 orang,” sebutnya. Ada dugaan, pengeroyokan korban, karena ada dendam dari kelompok pelaku yang diduga pernah berselisih dengan kelompok korban.
Pemilik kos, Subeki (48), menambahkan, korban baru saja menempati di indekosnya belum ada satu bulan. “Kalau ribut di kos gak ada. Namanya anak kos, kadang ya ada temannya main ke sini,” ucap Subeki.
Sementara ibu korban, Sulasih (44), menyatakan tiga hari sebelum meninggal dunia, Korban pernah bercerita saat kejadian tawuran dengan kelompok pemuda lain. ”Tiga hari sebelum meninggal anak saya ngomong, Bu, aku mari tawuran. Aku nggak terima koncoku apik pacare diperkosa,” pungkas Sulasih menirukan cerita anaknya, ditemui di Jalan Siwalankerto Timur V-D Nomor 39, kemarin.
Setelah mendengar cerita anaknya, Sulasih sempat menasihati anaknya untuk tidak usah ikut campur masalah orang lain. “Dia tidak cerita tawurannya di mana. Saya kira sudah klir masalahnya, habis itu tidak cerita lagi,” sebutnya.
Sulasih terakhir kali bertemu korban Kamis petang (20/5). Korban saat itu pulang ke rumah, Jalan Siwalankerto V. Setelah mandi, korban sempat bercanda dengan sang ibu. “Dia bilang di depan pintu, bu aku ganteng ya,” cerita Sulasih dengan meneteskan air mata melihat anaknya.
Sulasih menyebutkan, sebelum anaknya meninggal dunia, wajahnya tak bersih seperti biasanya. “Korban saat itu sempat diajak ke kafe kakaknya. Namun tidak jadi, dia dikasih uang Rp 50 ribu untuk beli bensin,” bebernya.
Di mata sang ibu, Korban merupakan anak yang baik. Dia sudah membantu pekerjaan dan selalu patuh saat diperintah orang tua. “Dia sempat ikut bengkel. Tapi terakhir katanya ikut kerja antar isi ulang air minum,” bebernya.
Sang ibu korban berharap, semua pelaku dalam pengeroyokan anaknya bisa segera ditangkap dan diproses hukum. Ayah korban, Joko Supartono mengaku sangat syok dan sedih mendengar kabar kematian anaknya. “Saya kerja di Kalimantan. Sangat terkejut dapat kabar anak saya meninggal lalu pulang,” ungkapnya.
Pria 45 tahun itu mengungkapkan, Korban merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Pihaknya juga berharap polisi segera menangkap semua pelaku pengeroyokan yang menyebabkan korban meninggal dunia. (Red)