Hadiri Hari Pers Nasional, Sri Puryon: Pers Jangan Kalah Cerdas dengan Masyarakat

445

Semarang, BeritaTKP.ComHoax atau berita/informasi palsu yang marak beredar luas harus bisa ditangkal dan dicegah. Salah satu cara untuk mencegahnya adalah dengan mengoptimalkan UU ITE dan menyosialisasikannya kepada masyarakat.

Sekda Provinsi Jawa Tengah Dr Sri Puryono KS MP saat menghadiri Sarasehan dan Syukuran Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2017 dan HUT ke-71 PWI Tingkat Jawa Tengah di Gedung Pers,menyampaikan bahwa pembuat berita hoax harus diburu dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku karena berita tersebut mengandung penghasutan yang dapat merusak budaya dan hubungan masyarakat.

Sekda Provinsi Jawa Tengah Dr Sri Puryono juga mengujarkan “Kita kan punya UU ITE, itu kita manfaatkan. UU No 8 tahun 2011 pasal 28 ayat satu itu jelas barang siapa tidak sesuai kewenangan menyebarkan berita yang bohong atau berita penghasut itu ada sanksinya. Ini yang perlu dipahamkan kepada masyarakat dan juga harus ada syok terapi. Bagi yang menyebarkan harus diproses supaya UU kita tidak mandul,”.

Perkembangan media informasi yang sangat pesat saat ini membuat masyarakat dapat dengan mudah menerima informasi dari banyak sumber. Agar dapat menangkal berita hoax, tiga peran dan fungsi jurnalis sebagai penyampai informasi, sarana edukasi kepada masyarakat, serta kontrol sosial harus dijalankan dengan maksimal. Sehingga, masyarakat dapat teredukasi dan memilah-milah berita.

“Berita-berita hoax yang bikin hoek itu harus hati-hati. Jangan langsung di-share ke grup karena tidak ada kewajiban berita-berita hoax itu di-share ke yang lain. Harus dilihat sumbernya dari mana, melalui media apa, terus kapan itu disiarkan,” imbuh Sri.

Mantan Kepala Dinas Kehutanan Jawa Tengah ini juga mengapresiasi sarasehan antarjurnalis dan pemerintah yang diadakan oleh PWI. Sarasehan tersebut dinilai dapat menjalin kerja sama pemerintah dan jurnalis. Di samping itu juga sebagai alat kontrol bagi kedua belah pihak agar nantinya informasi yang diberikan kepada masyarakat dapat berimbang.

Sekolah jurnalis PWI yang bekerja sama dengan perguruan tinggi, salah satunya Unissula Semarang juga diharapkan dapat terus berjalan agar dapat menciptakan jurnalis yang cerdas, berintegritas dan bermartabat. Apalagi, masyarakat saat ini sudah semakin maju dan cerdas. Selain itu, dengan profesionalisme jurnalis, kritikan yang ditujukan kepada pemerintah diharapkan dapat membangun pemerintah ke arah yang lebih baik.

“Masyarakat sekarang ini sudah cerdas, sudah pintar. Jadi teman-teman dari pers ini tidak boleh kalah pintar dan kalah cerdas. Harapan saya nanti sebagai jurnalis harus yang cerdas, berintegritas dan bermartabat,” pungkasnya.

Wakil Ketua PWI Jawa Tengah Gunawan Permadi mengatakan kemajuan teknologi memang memberikan manfaat bagi media jurnalistik untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Namun di sisi lain kemajuan teknologi juga dimanfaatkan beberapa pihak untuk menyebarkan berita hoax.

Dia menegaskan berita hoax bukanlah produk jurnalistik namun di mata masyarakat berita tersebut dipandang sebagai produk jurnalistik. Sehingga tugas teman-teman pers saat ini bukan sekadar memberikan informasi bagi masyarakat tetapi juga harus mengedukasi publik untuk melawan produk-produk nonjurnalistik.

“Pers juga harus lebih fokus bagaimana kita membatasi produk-produk nonjurnalistik tetapi dipahami oleh masyarakat sebagai produk jurnalistik. Ini PR kita bersama, kita bertanggung jawab untuk memberikan pencerahan bagi masyarakat agar lebih paham, lebih bisa membedakan produk jurnalistik dan yang bukan,” katanya.

Gunawan berpesan kepada insan-insan jurnalistik untuk lebih menghayati kode etik jurnalistik agar produk-produk jurnalistik yang dihasilkan bisa lebih berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan. @gatot