Surabaya, Berita TKP.com – Sebut saja muri nama dari anak sekolah dasar, sungguh tak diduga seorang pemimpin kota pahlawan ini menyimpan tragedi yang terjadi pada pengakhir tahun 2016, sejarah yang menakjubkan terkait penghargaan MURI yang di terima oleh Kota Surabaya ternyata lebih mementingkan pengharga tersebut dari pada peserta persami.
Surabaya menggelar Perkemahan Sabtu Minggu (persami). perkemahan yang bertajuk Perkemahan Akbar Serentak Pramuka Surabaya tersebut mendapat rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).
Perkemahan akbar tersebut melibatan seluruh Kwartir Ranting (Kwaran) Se-Surabaya, mulai tingkat pelajar SD hingga SMK se Surabaya, mulai tingkat penggalang hingga penegak. Tak hanya pelajar, karang taruna, koramil dan polsek juga ikut berkemah. Mereka melakukan perkemahan di sekolah-sekolah yang ada di Surabaya dan terpusat di SMKN 5.
“Melihat situasi saat ini, pramuka tak boleh terhanyut. Pramuka harus jadi garda terdepan untuk menegakkan kebhinekaan,” ujar Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana dalam sambutannya, Sabtu – 27 November 2016.
Acara tersebut sungguh memberikan manfaat kepada para penerus Anak bangsa , namun disela-sela acara ada kejadian yang memeperhatinkan di salah satu Sekolah dasar yang kami tidak sebutkan nama sekolah tersebut, adanya sebuah kejadian yang membuat teromah siswa siswi yang hadir di persami sehingga acara berubah menjadi suasana duka dan berhenti karena ada tangisan yang histeri di malam itu serta merubah menjadi suasana DUKA,tutur seorang ayah yang berinsial N ayah dari Muri (nama samaran) dengan wajah sedih bercerita.
APAKAH PENGHARGAAN MURI ITU LAYAK DI BERIKAN dengan adanya kejadian yang hampir meregut nyawa seorang siswa – siswi. Bersambung.