JAKARTA, BeritaTKP.Com — Vaksin Covid-19 AstraZeneca diklaim mampu melawan pengaruh dari berbagai varian baru mutasi virus SARS-CoV-2 yang saat ini sudah mulai bermunculan di wilayah Indonesia.

Direktur AstraZeneca Indonesia Rizman Abudeiri meyakini bahwa vaksin dari pihaknya yang sudah disetujui peredarannnya di Indonesia oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) itu telah melalui banyak tahapan penelitian, dan uji coba mulai dari aspek keamanan, efikasi, sampai kualitas pun telah diuji.

“Kita juga harus percaya bahwa proses vaksinasi yang dilakukan hari ini tidak hanya bisa mencegah terjadinya penularan Covid-19, atau menuju herd immunity yang bermanfaat untuk pencegahan Covid-19. Tapi juga varian-varian virus baru yang sudah mulai bermunculan, kita harus percaya itu,” kata Rizman dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube Lawan Covid 19 ID, dikutip pada Jumat (4/6).

Risman menegaskan, bahwa kesepakatan untuk menggunakan vaksin buatan perusahaan farmasi Inggris itu di Indonesia telah melalui banyak kajian saintifik yang mendalam. Sehingga, pemerintah menurutnya telah mempertimbangkan baik-buruknya suatu vaksin yang akan diberikan kepada masyarakat luas.

Risman sekaligus menginformasikan saat ini sebanyak 400 juta dosis vaksin AstraZeneca telah diproduksi dan telah didistribusikan ke 165 negara diberbagai belahan dunia untuk membantu mencegah penyebaran gejala virus baru.

Dari jumlah itu, vaksin AstraZeneca menurutnya juga mengedarkan vaksin melalui skema kerjasama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) COVAX Facility sebanyak 66 juta dosis ke 120 negara diberbagai belahan dunia temasuk Indonesia.

Vaksin AstraZeneca yang diperlihatkan oleh petugas.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapat jatah vaksin dari skema COVAX Facility. Terhitung, sampai saat ini Indonesia sudah kedatangan sebanyak kurang lebih 6 juta dosis vaksin AstraZeneca.

“Pemerintah dalam melakukan keputusan tidak main-main. Dan kami sebagai industri farmasi, data yang kita sampaikan sangat luar biasa. Dikaji sangat mendalam, sangat cermat, sehingga data yag kami hasilkan sangat akurat dan keputusan inipun terjadi,” ujarnya.

Masih di acara yang sama, Pemerhati Imunisasi, Julitasari Sundoro mengatakan mutasi ini merupakan hal lumrah yang terjadi sebagai respons kehidupan dari virus Covid-19. Oleh sebab itu, Julitasari meminta masyarakat untuk tidak panik bahwa kegunaan vaksin akan sia-sia dan mengikuti jadwal vaksin yang sesuai dengan aturan yang telah diberikan.

Julitasari memastikan bahwa sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang secara gamblang menegaskan hubungan pada mutasi virus yang menurunkan efikasi dan efektivitas vaksin oleh karena itu masyarakat diminta agar tidak berpikir negative tentang vaksin ini. Ia meminta publik menunggu riset peneliti ihwal mutasi dan vaksin ini sampai keluar dan barulah masyarakat bisa menyimpulkannya sendiri.

“Sebetulnya sampai saat ini belum ada bukti bahwa mutasi mengganggu kerja cara vaksin,” kata dia.

Sebelumnya, hasil penelitian lembaga kesehatan di Inggris (PHE) menyatakan bahwa dua dosis vaksin AstraZeneca 66 persen efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian Covid-19 B117. Sementara satu dosis vaksin AstraZeneca 50 persen efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian B117 setelah 3 minggu disuntikkan kepada tubuh.

Penelitian yang dilakukan oleh PHE di Inggris dalam rentang waktu 5 April hingga 16 Mei 2021 lalu ini juga mengemukakan bahwa dua dosis vaksin AstraZeneca 60 persen mampu mengurangi gejala kesakitan dari varian virus B1617 yang berasal dari India tersebut. Dan dilaporkan juga pemberian satu dosis vaksin AstraZeneca 33 persen efektif mampu mengurangi gejala kesakitan dari varian virus B1617 pasca 3 minggu setelah vaksin tersebut disuntikkan kedalam tubuh. [AES/RED]