Surabaya, BeritaTKP.com – Polisi berhasil mengamankan tiga orang pemuda yang diduga salah satu anggota gangster. Tiga pemuda tersebut diamankan ketika berada di Jalan Dukuh Bulak Banteng Gang Perintis Utama, Surabaya dengan sejumlah senjata tajam yang mereka bawa. Ketiga pemuda itu adalah MW (21), JS (20) dan DRAP (18). Diketahui ketiganya adalah warga Surabaya Utara.

Kasi Humas Polres Pelabuhan Tanjung Perak Iptu Suroto mengatakan, bahwa penangkapan 3 anggota gangster tersebut, bermula saat tim patroli siber menemukan informasi dari media sosial hingga langsung mendatangi lokasi dan ditemukannya kelompok Allstar serta Kelompok Anak Mama.

“Sebelum penangkapan tiga anggota gangster tersebut, unit patroli melakukan pemantauan di media sosial dan menemukan indikasi adanya rencana tawuran antara dua kelompok gangster, yaitu Kelompok Allstar dan Kelompok Anak Mama,” ujar Iptu Suroto, Senin (24/2/2025).

Iptu Suroto menjelaskan, bahwa rencana tawuran itu sempat dibatalkan oleh kedua kelompok, namun polisi tetap berpatroli. Hingga saat melintas di Jalan Dukuh Bulak Banteng, Gang Perintis Utama, polisi bertemu sekelompok gangster tersebut.

“Kelompok gangster itu berupaya melarikan diri, namun polisi berhasil mengamankan tiga orang dari kelompok Allstar,” jelas Iptu Suroto.

Dalam penangkapan itu, polisi juga menyita sejumlah barang bukti, seperti 10 senjata tajam, 2 alat hisap sabu, 1 alat timbang sabu, 5 klip kantong plastik berisi sabu, hingga 1 unit sepeda motor bernopol L 4898 PE. Kini ketiga pemuda itu telah diamankan di Mapolres Pelabuhan Tanjung Perak untuk diperiksa lebih lanjut.

Menanggapi maraknya kasus gangster yang masih berkeliaran di Surabaya, Pakar hukum Universitas Muhammadiyah (UM) Satria Unggul Wicaksana mengatakan permasalahan ini serius dan harus segera ditangani.

“Gangster yang terjadi di Surabaya tentu ini menjadi suatu masalah yang serius berkenaan dengan sejauh mana kelompok kejahatan atau kriminal itu melakukan tindakan pidana secara terstruktur,” ujar Satria.

Menurut Satria, kelompok gangster ini bisa semakin marak apabila terjadi pengabaian atau pembiaran dari aparat penegak hukum yang lemah.

“Selain itu dimensi penanganan gangster di Surabaya seharusnya tidak berdiri tunggal. Artinya bukan hanya aparat penegak hukum, harus lebih dari itu sejauh mana peran serta masyarakat,” jelas Satria.

Satria berharap adanya kerjasama lintas sektor, termasuk dengan para tokoh masyarakat untuk turut mengantisipasi terjadinya gangster.

“Perlu tokoh masyarakat dan kunci yang diharapkan memberi suatu penguat pada masyarakat agar mereka dapat terlindungi dari tindakan gangster,” pungkasnya.  (sy/red)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here